Rabu, 10 Agustus 2016

"karna rindu lebih menakutkan dr hantu" Nama ku Ranjasmi

Seberapa lama kebahagian itu bertahan? aku bertanya saat aku membuka memori-memori masa lalu yang sempat ku lalui sebagai perjalanan hidupku.

Diawali dari makan siang bersama, itu bukan kali pertama kita bertemu. Tapi kali pertama kita menyatukan argumen. Saat kamu menceritakan masa lalumu, juga tentang masa laluku. Dan kita sepakat untuk memberi nama mereka “pelajaran”. Dimana pelajaran memerlukan pemahaman, pengertian, cara bersikap dan semua hal. Sebangsa pelajaran  hidup yang membuat kita lebih dewasa. Dan tanpa kita sadari kita juga sedang mengukir pelajaran dalam perjalanan hidup kita masa itu.
         
          Rajasa. masih teringat jelas namamu dalam ingatanku. Caramu berucap, bersikap, juga caramu berfikir, sempat membuatku kagum waktu itu. perlakuanmu padaku bagaikan wanita yang sangat kau istimewakan. Tidak! Aku tidak pernah menyadari hal itu, sedikit demi sedikit aku akan membukannya hingga aku sadar betapa beruntungnya aku waktu itu. 

             Gedung seminar, motor mogok, taman rekreasi, kampus merah, jalanan malam hari, alun-alun kota, mushola, es teler, jagung bakar, taman hijau depan gedung tinggi, lagu. 

Masih terbayang bagaimana perasaanku, saat kita bertemu pertama kali digedung seminar, saat kita harus dorong motor yang mogok hingga akhirnya sampai ketaman rekreasi, didepan ruang kuliah kampus merah biasa kita saling melempar senyum tanpa kata, jalanan malam hari yang ramai, alun-alun kota tujuan akhir kita, setelah kemushola untuk menunaikan sholat berjamah, beli es teler pojok disitu kali pertamanya kau pegang tanganku, beli jagung bakar dua dibungkus dimakan di taman hijau depan gedung tinggi, kamu menyanyikan lagu d’masiv yang berjudul aku percaya kamu. Aku tak bisa menggambarkan bagaimana perasaanku waktu itu. yang jelas aku bahagia bisa bersama mu.

Belum lagi perhatian-perhatian kecil yang kau tunjukkan, mengirimiku pesan di facebook, mengantarkanku, memberikan hadiah-hadiah kecil, kau perkenalkan aku kepada teman-temanmu, juga tentang sim card 1999 yang sempat kuhilangkan. Aku merasa kau juga sebahagia diriku waktu itu, terlihat jelas dari senyum dan tatapanmu.

Beberapa bulan saja. Aku lupa menghitung tepatnya berapa bulan kebahagian itu hadir dalam benakmu. Semua masih sama bedanya sikapmu tak sehangat dulu. Aku merasa kau tak lagi bahagia saat bersamaku. Kau selalu menghindar saat kutemui di gedung seminar, kita selalu jalan sendiri-sendiri saat kita di taman rekreasi, kampus merah masih menjadi kita menebar senyum dan tatap cuman tatapan kita tak selama dulu, jalanan malam hari tak ubahnya menjadi jalan dingin yang menakutkan yang bisa menekamku sewaktu-waktu, alun-alun kota yang menjadi saksi bisu tentang kebisuan kita, tak ada es teler, jagung bakar dan taman hijau, Hanya lagu yang berendang tak karuan yang dinyanyikan pengamen jalanan. Kau masih mengandeng tanganku meskipun gandenganmu tak seerat dulu. kita hanya ngobrol seperlunya tak ada pembahasan khusus atau bahkan istimewa—semua pasi.

Aku tak bisa menemukan dirimu yang dulu. Karna waktu mengubah segalanya, mungkin aku harus kembali membuka argumen-argumen yang pernah kita bicarakan di rumah makan bambu itu. “semua ini harus kita buat pelajaran. Karna perjalanan tak hanya butuh satu pelajaran”. Mungkin benar katamu, karna hidup tak melulu tentang kita tapi juga mereka. Hingga membuatmu mengerti masih banyak yang terbaik diantara yang baik. Dan aku akan menjadi wanita pertama yang kau sisihkan.  Dan menjadi satu-satunya wanita yang pernah menerima pelajaran berharga ini dari mu.  Semoga kau mendapatkan wanita yang terbaik diantara wanita yang terbaik pula. 

kaliwatu, 8-8-2016. GR

Jumat, 13 Mei 2016

BUKAN TUTORIAL HIJAB


                Menulis adalah cara menyampaikan rinduku. Aku sedang merindu, maka dari itu aku menulis. Kuharap kau tahu kalau aku sedang merindumu.

            Cukuplah disitu, tanpa perlu melakukan sesuatu. Aku sudah tahu apa yang ada di fikiranmu. Tak perlu kehadianmu untuk mengobati rinduku, yang aku perlu cuma ketegasan dan kerendahan hatiku untuk menerima semuanya. Kalau memang kita tak lagi sama.

 salam untuk rindu dari sini



            Entah mengapa, saat menulis ini aku ingat saat pertama pertemuan itu terjadi. Aku ingat betul detail kalimat yang kau ucapkan sehangat desah angin di depan bara api. Aku tak melupakan peristiwa yang terjadi diantara kita, dan.... aku selalu ingat bagaimana caramu dan caraku untuk menikmati detik yang berganti menjadi menit. Bagaimana usahaku dan usahamu untuk menghargai menit yang berganti menjadi jam. Nyatanya, aku belum benar-banar membuang semua tentangmu dari otakku. (Dwitasari—jalan pulang untuk rindu)

           Kamu mulai menceritakan apa saja yang ingin kau capai. Kau membagi rahasia-rahasia dan impianmu. Kamu ingin datang ke suatu tempat terjauh. Aku mendengarkan, mengamini semua mimpimu. Lalu, dalam hati pelan-pelan kurapalkan doa, semoga suatu saat nanti semua mimpimu terwujud bersamaku. Begitu indah dan tak pernah kubayangkan semua akan selesai sudah. Kamu yang mengajariku cara rindu tanpa pernah paham cara pelukan, kamu orang yang mengajariku cara cemburu tanpa pernah mampu mengutarakan. (boy candra—senja,hujan dan cerita yang telah usai)

            kisah kita, bisa dibilang, tak terpilih masuk buku kenangan, jadi kita tak perlu merayakannya dalam reuni apa pun. bukan karena apa-apa, hanya karena judul buku itu adalah "cinta", bukan "luka". Berjalanlah ke depan sana. jika ada luka yang juga tersimpan di hatimu, silamkanlah, seperti aku yang berusaha keras menyilamkan luka besar dalam seluruh hatiku. atau tambahkan untuk menggenapkan cintamu untuk dia. dia sungguh mencintaimu, aku-kau-dia juga tahu itu. Sampaikan maafku kepadanya, jika suatu ketika dia mendapati bahwa lagu itu adalah kisah kita. Semoga kita tidak bertemu pada suatu hari. (widyawati—penjual kenangan)

ah, aku terlalu banyak bicara tentang diriku sendiri, rupanya. tapi, entah kenapa, saat keping kenangan tentangmu kurekatkan satu per satu, ada air mata bersirebut jatuh—mungkin  bukan karena kesedihan, hanya karena aku merindumu. terkadang, air mata jatuh bukan melulu karena kesedihan bukan, juga karena ada kebahagiaan yang menguar. 
ah, sungguh, aku ingin tahu, apa kabarmu di sana? semoga, selalu bahagia yang kau rasa. :) (widyawati—aku masih mencintaimu, tentu saja)

Aku tak sedang menginginkanmu lagi, tidak juga tega aku merebut kamu dari seseorang yang bersamamu saat ini. Aku hanya merindu, perasaan yang entah darimana asalnya, tetapi sangat menggebu. Hanya itu saja. Aku tahu ini keterlaluan, kamu boleh mengabaikan, aku hanya sekedar ingin mengutarakan. Aku paham, yang telah hilang sudah selayaknya hanya menjadi kenangan. Bukan sesuatu yang seharusnya diajak kembali pulang. Namun, jujur saja aku rindu semua perihal kamu. (boy candra—senja,hujan dan cerita yang telah usai)
           
            Mungki ini kerinduanku yang paling ujung di antara batas kemampuanku untuk menolaknya. Aku tak tahu apakah rasa ini akan saring menghampiriku atau tidak, yang pasti aku cukup tahu dengan rasaku saat ini, juga rasamu dan kisah kita. :) salam hangat sepeti yang kau ucapkan dulu, berikan juga salamku untuknya semoga sampai sehangat pelukanmu padanya. 


Sabtu, 26 Maret 2016

5 PANTANGAN SAAT MENDAKI



            Jika kamu seorang pendaki pemula atau kamu ingin coba-coba mendaki bersama teman-temanmu. Ada beberapa hal yang harus kamu perhatikan dan dihindari. Supaya perjalanan pendakimu lancar sampai tujuan dan pulang dengan selamat sampai tempat awal. Maka dari itu kamu perlu mengetahui pantangan-pantangan yang tak boleh di lakukan, bukan hanya untukmu tapi juga untuk teman-teman sesama pendakimu..       
  • Dilarang membawa minuman beralkohol, senjata api, dan obat-obatan terlarang

Sebaiknya sebelum mendaki di persiapkan segala sesuatunya, dari mulai makanan, minuman juga obat-obatan. Pastikan semua diletakkan di tempat yang aman dan terpisah, makanan sendiri, minuman di sisi berbeda dan obat-obatan di tempat wadah. Jangan sampai minuman kamu tercampur dengan obat-obatan apalagi kamu membawa alkohol 70% yang notabennya sebagai antiseptik untuk obat luar. Jika kamu salah meletakkan alkohol dan terjadi kebocoran yang mengenai semua makanan atau minuman kamu, bisa-bisa minuman yang kamu bawa akan tercambur dengan alkohol. dan bisa jadi minuman kamu akan berubah nama jadi minuman beralkohol. 




Kemudian kamu juga tidak boleh membawa senjata api. Kalau di jabarkan, senjata dapat di artikan sebagai alat, sedangkan api adalah sesuatu yang dapat membakar. Jadi bisa di artikan senjata api adalah alat untuk membakar. jika kamu membawa senjata api di dalam hutan, dan menggunakannya sembarangan bisa-bisa kamu dapat membakar hutan. Maka berhati-hatilah. 



Obat-obatan memang perlu di bawa, untuk persiapan jika terjadi sesuatu saat mendaki. Tapi, kamu harus mengetahui obat-obatan mana yang bisa kamu bawa apa tidak. Kamu bisa melihat logo dalam kemasan obat jika ada tanda lingkran biru dengan garis tepi hitam artinya obat bebas terbatas. Sedangkan simbol (K) dengan warna merah seperti pada gambar itu artinya obat keras jadi kamu harus hati-hati menggunakannya. Jika ada tanda hijau itu artinya obat aman yang bisa kamu bawa, tapi harus di pilih-pilih juga obat aman yang harus kamu bawa, jangan sampai kamu membawa obat yang tidak perlu saat mendaki seperti obat panu, obat pilek atau obat-obat lainnya. 
 
  • Dilarang menggunakan sandal saat mendaki. (gunakan sepatu atau sandal gunung yang memenuhi standart pendakian)


Gunung adalah medan yang beralaskan tanah, lumpur, batu atau bahkan rerumputan, apa lagi saat musim hujan seperti saat ini, Bisa membahayakan bagi pendaki gunung. Maka dari itu sebaiknya kamu jangan menggunakan sandal untuk alas kaki mu saat mendaki. Apalagi sandal Mely, swallow kamu dapat tergelincir. Ya kalau tergelincirnya ke hatiku nggak papa heheheh

   



  • Dilarang bermesra-mesraan selama perjalanan

Pastinya kamu tidak sendiri dalam mendaki. Ada teman, sahabat, pacar, suami, atau mantan pacar #eichh. Bahkan kamu juga bisa ajak keluarga. Ah dengan siapapun itu yang pasti mereka manusia dan sudah akhir balik (?)
Jika kamu mendaki bersama pacar, suami atau siapapun itu dan disana ada temenmu yang jomblo alias tidak memiliki pasangan. Maka, kamu dilarang bermesra-mesraan selama pejalanan. Karna apa?, nanti temanmu bisa iri melihatmu. Yang lebih bahaya lagi bukan hanya temanmu yang iri tapi semua makhluk yang ada disana seperti orang hutan (orang yang berada dihutan) kan jadi tidak lucu jika orang utan ingin bermesra-mesraan dan orang yang menjadi sasaran itu temanmu yang jomblo itu. Apa jadinya nanti! hahha   



  • Dilarang bermusuhan sesama teman
Mendakin membutuhkan kekompakan, solidaritas, gotong royong, juga tenggang rasa (seperti pelajaran PKN). Kebersamaan yang saling menguatkan sampai akhir perjalanan, bisa di peroleh dari hati yang bersih dan jiwa yang kuat (?).
Ketidakuntungan yang akan kamu dapatkan jika kamu bermusuhan dengan sesama pendaki ialah kamu akan disesatkan oleh setan (?). setan itu ada dimana-mana, ada di saat kamu mendaki juga akan mengintai kamu dan rombongan. Jika diantara kalian ada yang bermusuhan maka itu adalah salah satu Jalan setan untuk membuat kalian hancur.  

  • Dilarang berwajah melas
Saat kamu mendaki, jangan sekali-kali memasang wajah melas, hanya untuk menarik seseorang biar merasa kasihan sama kamu. Berwajahlah sewajarnya sewajar hatimu menerima sakit karna pengkhianatan, toh orang-orang juga nggak mau tau dengan urusan hatimu #ah jadi curhat lagi . Kembali lagi ke masalah wajah, semua tahu kalau mendaki itu butuh fisik yang kuat dan tenaga yang eksra. Dan bentuk lelah dari seorang pendaki itu wajar, tapi jangan di luapkan ke ekspresi muka. Karna kenapa? percuma saja kamu berwajah melas dan sok-sok merasa harus di kasihani, karna semua orang pasti tak ada yang mau menggendong kamu sampai puncak. Jadi hentikan hal-hal tersebut.



Dan demikian lah ulasan yang tidak bermutu. tapi, semoga dapat menghibur hati kamu yang lagi gundah. *Mungkin heheeh


P.S : mohon maaf tulisan ini hanya untuk menghibur semata. mohon tidak di ambil hati :)